Jumat, 06 Januari 2012

Arca Ganesha Satu-satunya di Indonesia Mulai Dirawat

 Balai Penyelamatan Benda Purbakala Mpu Purwa Malang saat ini mengonservasi arca Ganesha yang diperoleh dari rumah warga di Kota Malang. Arca tersebut diyakini sebagai satu-satunya arca Ganesha di Indonesia yang mengendarai musaka (tikus).
Arca Ganesha yang diambil dari rumah warga di Jalan Sambas nomor 10 Malang itu menurut arkeolog bidang klasik yang turut membantu Balai Penyelamatan Benda Purbakala Mpu Purwa Malang, Suwardono, Selasa (31/3), merupakan peninggalan Kerajaan Kadiri (abad ke-12). Arca tersebut berukuran 40 X 22 sentimeter (cm), dan terbuat dari batu andhesit.
Arca Ganesha tersebut memiliki keistimewaan antara lain raut mukanya tegas atau kaku, ada tali badhong di antara badan dan lengannya, ada gambar tikus di pedestal (dudukan arca). Biasanya arca-arca Ganesha di Indonesia semua pedestal-nya bergambar bunga teratai.
Arca ini sangat mencerminkan peninggalan Kerajaan Kadiri karena memakai samboghakaya (perhiasan) sangat mewah. “Arca Ganesha yan g menunggangi tikus ini memiliki filosofi tersendiri,” ujar Suwardono.
Tikus atau musaka, menurut Suwardono, artinya mencuri. Atau bisa dibilang suatu ego/keakuan yang bisa menghancurkan diri. “Tikus ditunggangi Ganesha ini menggambarkan bahwa ego atau keakuan itu dikendalikan oleh dewa akal pikiran yaitu Ganesha. Ini menjadi falsafah hidup tersendiri bagi manusia,” ujarnya.
Menilik hal tersebut, Suwardono memperkirakan arca Ganesha yang ditemukan akhir 2008 lalu itu berfungsi menjaga tempat-tempat rawann seperti pertemuan dua sungai, jurang atau lemmbah, dan sebagainya.
“Sementara ini kami menyebut arca Ganesha mengendarai tikus ini satu-satunya di Indonesia setelah mengecek ke tiga lembaga yaitu Balai Arkeologi Yogyakarta, Puslitbang Arkeologi Nasional Jakarta, serta Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan,” ujar Suwardono.
Dengan datangnya arca Ganesha tersebut, maka koleksi arca Ganesha di Balai Penyelamatan Benda Purbakala Mpu Purwa Malang menjadi 14 arca. Total seluruh koleksi balai tersebut adalah 121 benda terdiri dari arca, fragmen bangunan, dan prasasti.
Meski sejumlah arca dan peninggalan bersejarah telah berulang kali ditemukan, saat ini menurut Suwardono dan Sumantri masih ada belasan benda-benda peninggalan bersejarah yang tercecer di luar balai. Misalnya arca Stambha Singa di Dukuh Sempol Merjosari, Situs Karangbesuki, situs Mbah Tugu di Celaket, dan sebagainya.
Arca dan situs-situs itu tidak semuanya mendapat perawatan memadai. Jika kelompok prasasti/naskah kuno di Gereja Kayu Tangan dan arca Buddha di Universitas Gajayana bisa dirawat dengan baik, beda dengan arca Stambha Singa, misalnya, teronggok di tengah tegalan Desa Merjosari dengan perawatan seadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar